Proposal Penelitian Tindakan Kelas (Contoh)

Sabtu, 10 April 2010

A. JUDUL :PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS DRAMA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA PGRI SLAWI

B. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, sastra merupakan salah satu materi pengajaran yang harus disampaikan. Pengajaran sastra termasuk dalam pengajaran yang sudah tua dan sampai sekarang tetap bertahan dalam pengajaran dan juga tercantum dalam kurikulum sekolah. Bertahannya pengajaran sastra di sekolah dikarenakan pengajaran sastra mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai aspek tujuan pendidikan, seperti aspek pendidikan susila, sosial, sikap, penilaian, dan keagamaan (Rusyana 1982:26). Rusyana juga mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran sastra adalah agar siswa memperoleh pengalaman sastra dan pengetahuan sastra.
Salah satu upaya dalam mencapai tujuan pengajaran sastra, pengetahuan sastra yang diajarkan pada siswa hendaknya berangkat dari suatu penghayatan atas suatu karya sastra yang konkrit. Hal ini berarti bahwa pengetahuan ini merupakan pelengkap pengalaman sastra sehingga siswa betul-betul memperoleh akar yang kuat.
Sehubungan dengan hal tersebut maka nilai pengajaran sastra memiliki dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak, yaitu (a) pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam, dan (b) pengajaran sastra hendaknya mampu memberikan bantuan dalam usaha menngembangkan kualitas kepribadian siswa, misalnya ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan.
Dalam pembelajaran sastra khususnya drama, siswa diharapkan dapat menulis teks drama. Selain itu, dengan menulis teks drama pengalaman batin siswa akan bertambah, wawasan siswa semakin luas sehingga terbentuk sikap posistif dalam diri siswa untuk menghadapi norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dalam pembelajaran menulis drama, sering ditemukan beberapa permasalahan di antaranya siswa kurang bermiinat dan kurang serius dalam mengikuti pelajaran, banyak siswa yang mengeluh jika kegiatan pembelajaran sampai pada menulis. Mereka merasa kesulitan dalam menuangkan idea tau gagasan ke dalam sebuah tulisan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka guru harus memilih strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu strategi pembelajaran yang tepat menurut peneliti adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Pembeajaran dengan pendekatan kontekstual tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama siswa dan merubah perilaku siswa kea rah positif.
Dengan penggunaan pendekatan kontekstual tersebut diharapkan siswa data lebih aktif dan berminat dalam pembelajaran sastra khususnya menulis teks drama. Untuk itulah peneliti mengadakan penelitian tentang keterampilan menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas XI IPA I SMA PGRI Slawi.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, faktor-faktor penghambat yang teridentifikasi dalam pembelajaran menulis teks drama yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari siswa. Banyak siswa yang beranggapan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah pelajaran yang membosankan dan menjenuhkan sehingga siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Selain itu juga siswa menganggap pelajaran sastra khususnya menulis teks drama sulit diikuti dan membosankan. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi, sulitnya siswa dalam menuangkan ide dan gagasan, dan kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari guru. Kurangnya keterampilan menulis drama dapat disebabkan karena strategi belajar dan mengajar yang digunakan guru kurang optimal. Dalam pembelajaran menulis teks drama, guru masih menggunakan teknik ceramah yang menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks drama adalah dengan pendekatan kontekstual yang akan merangsang kemampuan siswa agar terampil dalam menulis teks drama.

3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam tesis ini dipusatkan pada upaya peningkatan keterampilan menulis teks drama dengan pendekatan konteskstual komponen konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inkuiri), masyarakat belajar (Learning Community), permodelan (Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks drama siswa kelas XI IPA I SMA PGRI Slawi setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual?
2) Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI Slawi setelah mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual?

5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan keterampilan menulis teks drama siswa kelas XI IPA I SMA PGRI Slawi setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual?
2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI Slawi setelah mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual?

6. Manfaat Penelitian
Dalam penyusunan Tesis ini, peneliti berharap hasil penelitian ini akan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1)Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini adalah memberikan masukan pengetahuan tentang pengembangan teori pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual. Selain itu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolak ukur kajian pada penelitian yang lebih lanjut.
2)Manfaat praktis.
Manfaat praktis penelitian ini bagi guru, siswa, peneliti:
a. Manfaat bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternative pemilihan teknik pembelajaran menulis teks drama.
b. Manfaat bagi siswa
Siswa lebih mudah dan cepat menemukan idea atau gagasan keterampilan menulis teks drama dan meningkatkan keterampilan menulis teks drama siswa.
c. Manfaat bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah dapat memperkaya wawasan mengenai penggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran.

C. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS
1. Kajian Pustaka
Banyak penelitian yang menyangkut keterampilan menulis siswa SMA, di antaranya hasil penelitian Thomas Bagyo. Bagyo (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Teknik Modeling pada Siswa Kelas IV D SD PL Bernardus Semarang, menunjukkan terdapat peningkatan keterampilan menulis teks drama setelah pembelajaran kontekstual komponen pemodelan diterapkan.
Hasil penelitian Astuti (2004) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa kelas II Ps 4 SMK N 8 Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas II Ps 4 SMK N 8 Semarang setelah menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Utami (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama Jawa dengan Media Kaset pada Siswa SMP Negeri 3 Bawang Banjarnegara mengkaji peran media kaset dalam peningkatan keterampilan menulis teks drama Jawa dan perubahan tingkah laku siswa. Penelitian relevan lainnya adalah penelitian yang dilakukan Komariyah (2006). Peneliltian tersebut berjudul Peningkatan Keterampilan Menuis Teks Drama dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas XI IPA 2 MA AL-ASROR Patemon. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks drama.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat diterapkan pada pembelajaran keterampilan menulis dengan menggunakan komponen yang terdapat dalam pendekatan kontekstual.

2. Landasan Teoretis
Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah hakikat menulis, hakikat menulis teks drama, dan hakikat pendekatan kontekstual. Deskripsi lengkap tentang hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.

a.Hakikat Menulis
Menulis mempunyai posisi tersendiri dalam kaitannya dengan upaya membantu siswa mengembangkan kegiatan berpikir dan pendalaman bahan ajar. Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang paling kompleks. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seoranng penulis, menuntut gagasan-gagasan secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik (Tarigan, 1996:8).
Menulis menuntut sejumlah pengetahuan dan kemampuan sekaligus. Pengetahuan pertama menyangkut isi karangan, yang kedua menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan yang dapat dipelajari secara teoretis.
Menulis mempunyai tujuan tertentu. Berdasarkan penyelidikan tehadap guru, menurut Raimes (1987) kegiatan menulis bertujuan (1) memberikan penguatan (reinforcement), (2) memberikan pelatihan (training), (3) membimbing siswa melakukan peniruan atau imitasi (imitation), (4) melatih siswa berkomunikasi (communication), (5) membuat siswa lebih lancar dalam berbahasa (fluency), dan (6) menjadikan siswa lebih giat belajar (Learning).
Dengan memperhatikan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang banyak menuntut kemampuan bidang kebahasaan dan pengetahuan di luar kebahasaan yang menjadi isi tulisan, yang merupakan idea tau gagasan secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh pembacanya.

b. Hakikat Pembelajaran Menulis Teks Drama
Berdasarkan etimologi drama berasal dari kata “dramoi” (bahasa Yunani) yang berarti menirukan, action dalam bahasa Inggris. Dalam penngertian umum, kemudian istilah drama diartikan perbuatan atau gerak dalam fungsinya untuk menyatakan perbuatan manusia.
Unsur terpenting drama adalah teks drama. Teks drama menurut Usul Wiyanto (dalam Didik komaidi, 2007:230) adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Teks drama memuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan tokoh dalam cerita, dan keadaan panggung yang diperlukan. Sedangkan unsur dasar teks drama menurut Nursantara (2004: 136-137) adalah tema, plot, dialog, karakter, bahasa, ide, pesan, dan setting.
Luxemburg (1984) mengatakan bahwa teks drama merupakan teks yang berupa dialog-dialog dan isinya membentanngkan sebuah alur. Teks drama dapat diberi sebuah batasan sebagai salah satu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan.
Teks drama ditulis dengan dasar untuk dipentaskan bukan untuk dibaca. Sayuti (2001: 79-81) menyampaikan langkah-langkah menulis teks drama yaitu (1) preparasi atau persiapan yaitu tahap pengumpulan informasi dan data yag dibutuhkan, (2) inkubasi atau pengendapan, saat mengolah ‘bahan mentah’ diperkaya melalui inkubasi pengetahuan dan pengalaman yang relevan, (3) Iluminasi yaitu penulisan karya (penciptaan) dapat diselesaikan, (4) verifikasi atau tinjauan secara kritis. Pada tahap ini, seorang penulis melakukan evaluasi karya ciptaanya, self evaluation.
Pembelajaran menulis teks drama dalam penelitian ini adalah untuk melatih keterampilan siswa dalam menulis teks drama dengan baik dan benar, serta sesuai dengan kaidah penulisan drama. Pembelajaran menulis teks drama tidak akan maksimal tanpa terlebih dahulu dilakukan latihan. Latihan menulis teks drama dilakukan secara bertahap agar siswa mampu menulis teks drama dengan benar.
Waluyo (2003:159) menyatakan bahwa latihan menulis yang berkaitan dengan drama dapat berupa menulis drama (sederhana), menulis synopsis drama, dan menulis resensi (teks drama maupun pementasan drama). Tugas menulis itu dapat dilakukan secara individu maupun secara kelompok. Hasilnya dapat dilaporkan kepada guru secara tertulis, dapat juga dibaca di depan kelas.

c. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inkuiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas 2002:5).
Nurhadi dan Senduk (2003:5) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi, dan masalah yang memang ada dalam dunia nyata.
Nurhadi (2004:106) menyampaikan bahwa penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut: (1) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (2) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, (3) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, (4) ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok), (5) hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran, (6) lakukan refleksi di akhir pertemuan, (7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Lebih lanjut Nurhadi (2004:107) menyampaikan ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual yakni: (1) pengalaman nyata, (2) kerjasama, (3) saling menunjang, (4) gembira, (5) belajar bergairah, (6) pembelajaran terintegrasi, (7) menggunakan berbagai sumber, (8) siswa aktif dan kritis, (9) menyenangkan, tidak membosankan, (10) sharing dengan teman, (11) guru kreatif.

D. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Ebbut dalam Kasihani Kasbolah (2001:9) mendefinisikan penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut.
Ebbut melihat proses pelaksanaan penelitian tindakan ini sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) analisis dan refleksi.

2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks drama siswa SMA PGRI Slawi Kelas XI IPA 1. Kelas XI IPA 1 tersebut terdiri dari 46 siswa, yaitu 15 laki-laki dan 31 perempuan. Peneliti mengambil subjek tersebut dengan alasan berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA PGRI Slawi yang mengajar kelas XI IPA 1, saat ini kondisi kemampuan menulis teks drama siswa kelas tersebut rendah.

3. Variabel Penelitian
Ada dua variabel yang diteliti yaitu: 1) keterampilan menulis teks drama dengan indikator menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk: mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog, menghidupkan konflik, memunculkan penampilan (performance), 2) variabel penggunaan pendekatan kontekstual.

E. DAFTAR PUSTAKA

Astuti. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa kelas II Ps 4 SMK N 8 Semarang. Skripsi: Unnes.

Bagyo, Thomas. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Teknik Modeling pada Siswa Kelas IV D SD Bernardus Semarang. Skripsi: Unnes.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Kasihani, Kasbolah E.S. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.

Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis. Yogyakarta: Sabda Media.

Komariyah. 2006. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Kelas XI IPA 2 MA AL-ASROR Patemon. Skripsi: Unnes.

Luxemburg, Jan Van, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia.

Nursantara, Yayat. 2004. Kesenian SMA Seni Rupa, Musik, Tari, dan Drama untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.

Sayuti, Suminto A. 2003. Sastra Model Posmo dan Pengajarannya. Semarang: Yudhistira.

Utami, Titi. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama Jawa dengan Media Kaset pada Siswa SMP Negeri 3 Bawang Banjar Negara. Skripsi: Unnes.

Waluyo, Herman J. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

0 komentar: